Selasa, 20 Desember 2011

Peta Konsep Untuk Melatih Ketrampilan Berpikir

Salah satu kecakapan hidup ( life skill ) yang perlu dikembangkan melalui proses pendidikan adalah ketrampilan berpikir (Depdiknas, 2003). Kemampuan seseorang untuk dapat berhasil dalam kehidupannya antara lain ditentukan oleh ketrampilan berpikirnya, terutama dalam upaya memecahkan masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Di samping pengembangan fitrah bertuhan, pembentukan fitrah moral dan budipekerti, inkuiri dan berpikir kritis disarankan sebagai tujuan utama pendidikan sains dan merupakan dua hal yang bersifat sangat berkaitan satu sama lain (Ennis, 1985; Garrison & Archer, 2004).
Peta konsep sebagai instrumen dapat digunakan untuk  analisis konsep ,mengenai peta konsep itu sendiri berdasarkan definisinya sebagai berikut : Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif.
Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai berikut : 1. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi.2. Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik pada bidang studi.3. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.
Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan   petunjuk   bagi  guru, untuk  menunjukkan   hubungan  antara   ide-ide   yang penting  dengan  rencana  pembelajaran. Sedangkan  menurut  Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep mempunyai banyak manfaat diantaranya menurut Ausubel (dalam Hudojo, et al 2002) menyatakan dengan jaringan konsep yang digambarkan dalam peta konsep, belajar menjadi bermakna karena pengetahuan/informasi “baru” dengan pengetahuan terstruktur yang telah dimiliki siswa tersambung sehingga menjadi lebih mudah terserap siswa. Sedangkan menurut Williams (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa peta konsep dapat dijadikan sebagai alat untuk mengetahui pemahaman konseptual seseorang.
Dengan mengacu pada peta konsep maka guru dapat membuat suatu program pengajaran yang lebih terarah dan berjenjang, sehingga dalam pelaksanaan proses belajar mengajar dapat meningkatkan daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan. Peningkatan daya serap siswa berdasarkan menyampaikan jenjang materi yang terstruktur dapat membuat siswa akan lebih kuat lagi memorinya dan akan lebih mudah mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajarinya. Pernyataan ini sesuai dengan yang dikemukakan Skemp (dalam Wahyudi 2001) dimana Skemp mengajukan gagasannya tentang tingkatan-tingkatan pemahaman atau daya serap (the levels of understanding) siswa pada pembelajaran sains. Skemp membedakan tingkatan pemahaman siswa terhadap konsep kimia menjadi dua yaitu,
1. Pemahaman instruksional (instructional understanding)
Pada tingkatan ini dapat dikatakan bahwa siswa baru berada di tahap tahu atau hafal suatu rumus dan dapat menggunakannya untuk menyelesaikan suatu soal, tetapi dia belum atau tidak tahu mengapa rumus tersebut dapat digunakan. Siswa pada tahapan ini juga belum atau tidak bisa menerapkan rumus tersebut pada keadaan baru yang berkaitan. Sebagai contoh siswa hanya hafal rumus penurunan tekanan uap jenuh  larutan adalah ΔP = Xt.P0. Jika ditampilkan soal yang hanya diketahui tekanan uap jenuh pelarut murni dan tekanan uap jenuh larutan saja , maka siswa tidak dapat mengerjakan soal tersebut.
2.  Pemahaman relasional (relational understanding)
Pada tahapan tingkatan ini, menurut Skemp, siswa tidak hanya sekedar tahu dan hafal tentang suatu rumus, tetapi dia juga tahu bagaimana dan mengapa rumus itu dapat digunakan. Lebih lanjut, dia dapat menggunakannya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terkait pada situasi lain. Sebagai contoh adalah pada penguasaan konsep tekanan osmotik larutan dan tekanan pada gas ideal. Siswa yang berada pada tingkatan pemahaman instruksional baru hafal rumus-rumus tekanan osmotik larutan tersebut, dan belum atau tidak tahu hubungan kedua rumus tekanan. Sebaliknya, siswa yang sudah berada pada tingkatan pemahaman relasional akan dapat menurunkan sendiri rumus tekanan osmotik dari tekanan gas ideal, karena dia dapat melihat hubungan bahwa tekanan gas melibatkan jumlah partikel sedangkan tekanan osmotik yang merupakan sifat koligatif juga melibatkan jumlah partikel dalam hal ini sama-sama menggunakan mol persatuan volume, siswa pada tahapan pemahaman relasional tidak akan mengalami hambatan yang berarti. Sebaliknya, karena hanya hafal saja, siswa pada tingkatan pemahaman instruksional akan mengalami kendala dalam menyelesaikan soal-soal yang lebih pelik tadi.

Ernest (dalam Basuki, 2000) berpendapat bahwa untuk menyusun suatu peta konsep bisa dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Tentukan dahulu topiknya,
2. Membuat daftar konsep-konsep yang relevan untuk konsep tersebut,
3. Menyusun konsep-konsep menjadi sebuah bagan,
4. Menghubungkan konsep-konsep itu dengan kata-kata supaya bisa terbentuk suatu proposisi,
5. Mengevaluasi keterkaitan konsep-konsep yang telah dibuat.
Pendapat lain untu membuat peta konsep cukup dengan 5 langkah dengan penjelasan sebagai berikut :
  1. Lakukan Brainstorming selama 10-15 menit per sesi. Ketika Central disebutkan maka konsep apa saja yang terlintas di benak dituliskan terlebih dahulu. Jangan lakukan penilaian apakah relevan atau mau diletakkan di mana.
  2. Kategorisasikan/ kelompokkan sekumpulan ide itu kemudian tentukan hirarki konsep mana yang menjadi dahan (umum), mana yang jadi ranting dan mana yang jadi daun (detil).
  3. Mulai layout / gambarkan konsep-konsep tersebut.
  4. Tarik garis antar konsep tersebut.
  5. Pergunakan warna, Ikon dan Asosiasi untuk menambah cantiknya Peta Konsep yang dihasilkan.
Ya, cuman hanya 5 langkah sederhana seperti itu. Tetapi di balik kesederhanaan dan mirip bentuk dan cara kerja sel otak kita menyimpan informasi. Nucleus=Centrum, Axon=Dahan, Dendrite=Ranting, Synapse=Hubungan ke Map Lainnya (ini kemampuan Multi Map).
Penggunaan warna, ritme (dari gambar ketebalan dahan, ranting ke daun), layout (spasial), ikon dan asosiasi (menghubungkan Ikon dan Analogi) untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep yang sudah melekat di otak –> membantu otak mengingat lebih baik, karena melibat lebih banyak panca indra, juga otak melakukan proses Asimilasi pengetahuan baru terhadap pengetahuan yang sudah mengendap sebelumnya.
Setelah peta konsep itu jadi, maka kemampuan otak kanan secara visual dan holistik serta Gestalt yang memicu “Kayaknya ada yang kurang dan saya bisa tambahkan lebih lanjut” akan meneruskan pengembangan peta tersebut. Kemampuan alami otak kanan yang Random akan tersalurkan ketika ada sebuah konsep baru muncul, maka otak kiri mulai bekerja menganalisa sebaiknya diletakkan di mana.
Ketika melihat peta secara keseluruhan dari jauh maka otak kanan bekerja (seperti seseorang menilai/ mengagumi lukisan) dan ketika tertarik pada suatu lokasi maka otak kiri mulai bekerja secara logis dan analitik.
Sinergis antara dua belahan otak kanan dan kiri inilah yang membuat mengapa Peta Konsep itu sedemikian powerfulnya. Harus sering menggunakan baru bisa merasakan manfaatnya. Karena sepintas peta konsep yang digambar secara manual berantakan tidak beraturan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar