Demam K-Pop dan Drama Korea mulai
menghinggapi sebagian besar remaja di negeri ini. Saat SUPER JUNIOR
(SuJu) akan mengadakan Konser Super Show 4 di Jakarta, begitu banyak
remaja kita yang rela antri sehari semalam hanya untuk mendapatkan tiket
konser itu. Bercermin dari harga tiket konser SuJu yang lumayan mahal,
apakah kita tahu semua remaja itu berasal dari keluarga mampu yang
memiliki tingkat ekonomi berlebih?
Semua orang tua tentulah ingin
menyenangkan putra putri mereka. Apapun itu. Tak terkecuali Jono (39).
Jono bekerja pada sebuah perusahaan swasta. Istri Jono hanya seorang ibu
rumah tangga. Gaji yang diterima Jono setiap bulannya hanya cukup untuk
membayar cicilan KPR rumahnya, listrik, telpon, belanja bulanan dan
harian, serta untuk membayar kewajiban SPP Ardi dan Kikan, anak-anak
Jono.
Kikan (15) yang masih ABG itu begitu
mengidolakan musik K-Pop. Saat tahu idola kesayangannya sang fenomenal
SuJu akan menggelar konser “Super Show 4″ pada tanggal 28 dan 29
Mendatang di Mata Elang Internasional Stadium, Jakarta, Kikan begitu
menggebu-gebu ingin mendapatkan tiket konser itu seperti teman-temannya.
Mulailah ia merayu sang ayah agar bisa membeli tiket yang harganya
lumayan mahal itu.
Jono berusaha memberi pengertian pada
putri bungsunya itu. Jono mengatakan bahwa gajinya takkan cukup untuk
hidup mereka sebulan jika Kikan tetap memaksa dibelikan tiket Konser
Super Show 4 itu. Sayangnya, Kikan belum bisa memahami akan kesulitan
ayahnya. Ia tetap ngotot minta dibelikan tiket konser itu. Bahkan Kikan
ngambek tidak mau keluar kamar bila ayahnya tak memenuhi keinginannya.
Tinggallah Jono yang kelimpungan melihat
kelakuan Kikan itu. Kikan memang belum bisa mengerti kondisi
keuangannya. Berkali-kali Jono membujuk Kikan agar gadis kecil itu mau
keluar kamar. Kikan tetap tak bergeming. Akhirnya Jono pun menyerah. Ia
berjanji akan memenuhi keinginan Kikan.
Beberapa hari sebelum berita hebohnya
antrian tiket Konser SuJu di Twin Plaza Hotel beberapa waktu lalu, Jono
tak kalah hebohnya mencari pinjaman uang untuk bisa memenuhi keinginan
putrinya membeli tiket Konser. Seperti yang kita ketahui harga tiket
Konser Super Show 4 untuk kelas Junior Sky Seat sebesar Rp500 ribu,
kelas Super Sky Seat Rp1 Juta, Junior VIP Seat Rp1,4 juta, Super Box,
serta Super Fest Rp1,7 juta dan kelas Super VIP Seat Rp2 Juta! Wow!
angka yang cukup fantastis untuk ukuran remaja kita, bukan?
Meski harus menahan rasa malu, Jono
berusaha mencari pinjaman kesana kemari. Ia ingin membelikan tiket Kikan
yang seharga Rp.1 juta. Jono hampir putus asa meminjam uang kepada
teman-temannya. Beberapa teman yang ia temui selalu menjawab “maaf,
belum bisa bantu”. Terakhir Jono menemui Rangga, rekan saya.
Dari Rangga lah saya mendengar kisah
Jono yang tengah pusing 7 keliling mencari hutang demi anak tercinta.
Tak peduli jika ia harus meminjam kesana kemari. Karena tidak tega,
Rangga akhirnya memberikan pinjaman uang sebesar Rp.1 juta kepada Jono.
Legalah hati Jono mendapat pinjaman uang dari Rangga.
Setelah Jono mendapatkan uang itu, saya
belum bertanya lagi kepada Rangga apakah Jono dan Kikan berhasil
mendapatkan tiket Konser Super Show 4 itu saat kehebohan tiket konser
itu menjadi berita yang hangat dibicarakan. Yang saya tahu, tiket konser
itu telah habis terjual.
Miris. Itulah yang ada di benak saya.
Apakah sudah sedemikian hebatnya artis-artis K-Pop itu meracuni remaja
kita? Usia 15 tahun memang usia labil. Usia di mana remaja sebagian
besar ingin mengikuti trend yang marak dibicarakan. Saat teman-temannya
yang lain mengidolakan SuJu, Kikan pun melakukan hal yang sama. Begitu
pula saat teman-temannya bermaksud nonton Konser SuJu, Kikan tak peduli
lagi dengan kondisi keuangan ayahnya yang pas-pasan.
Potret kehidupan seperti ini sungguh
memprihatinkan. Orang tua demi menyenangkan hati anak, apakah harus
selalu menuruti setiap keinginan buah hatinya meskipun tahu kondisi
keuangan yang tak memungkinkan? Apakah harus rela menahan malu mencari
pinjaman uang hanya untuk membeli tiket konser? Mungkin bila alasan
meminjam uangnya untuk berobat ke dokter bisa kita maklumi. Sedangkan
yang terjadi, Jono meminjam uang demi membelikan tiket Konser untuk
Kikan.
Fenomena K-Pop dan drama Korea di negeri
ini memang tak bisa terbendung lagi. Seharusnya orang tua bisa meyakini
putra putri mereka bahwa tak perlulah sampai seperti itu mengidolakan
artis Korea. Remaja kita kebanyakan telah termakan budaya luar. Apapun
yang masuk ke negeri ini, berbondong-bondong diikuti. Alasan utamanya
karena artis-artis Korea itu ganteng dan keren! Apalagi Drama Korea
yang banyak ditayangkan di televisi. Menurut orang yang melihat
tayangannya sih ceritanya bagus dan bisa bikin kita nangis Bombay!
(masa sih?)
Remaja kita kini sangat menggilai
bintang-bintang Korea seperti Super Junior, Shinee, DBSK, SNSD, dan
Wonder Girls. Apalagi para penggemar Super Junior yang menamakan diri
mereka Komunitas ELF, singkatan dari Ever Lasting Friend. Tapi kalau
bagi saya, ELF itu singkatan dari Extra Lebay Fans!
Yang dikhawatirkan adalah remaja kita
muli amengikuti gaya hidup artis-artis Korea. Seandainya remaja kita
tahu bagaimana kehidupan dunia selebriti Korea yang sebenarnya, mungkin
mereka takkan seperti itu menggilai idolanya. Saya pernah beberapa kali
membaca artikel di Vivanews.com dan artikel dari situs online lainnya
yang mengupas fenomena artis Korea yang sungguh mencengangkan.
Perlu kita ketahui bahwa Korea adalah Negara dengan angka bunuh diri nomor 1 di dunia! Menurut
Menteri Kesehatan Korea Selatan, ada sekitar 35 orang Korea yang tewas
bunuh diri SETIAP HARI, baik dari kalangan artis maupun orang biasa.
Artis Park Jin Hee mengungkapkan dalam tesisnya bahwa lebih dari 40%
artis Korea mengalami depresi dan ingin mengakhiri hidupnya. Tragis.
Seperti inikah gaya hidup selebriti yang diidolakan banyak remaja kita?
Satu hal yang lebih mencengangkan lagi, fenomena artis dan warga Korea yang terbiasa melalukan operasi plastik! Sebuah
lembaga pekerja berbasis online di Seoul mengadakan survey mengenai
‘seberapa penting penampilan untuk orang Korea’. Hasilnya 90% responden
pria dan wanita di sana menginginkan operasi plastik untuk mendukung
penampilan mereka.
Ternyata operasi plastik di Korea sudah
membudaya. Rata-rata orang Korea berusia 18-35 tahun lebih,
menginginkan hadiah yang tak biasa. Mereka menginginkan agar mata, dagu,
pipi, dan hidung mereka dirombak dengan operasi plastik. Bagi mereka
operasi plastik jauh lebih penting ketimbang memiliki gadget atau
kendaraan pribadi. Apalagi di kalangan artisnya, mereka cantik dan
ganteng karena hasil permak di sana-sini.
Tugas kita sebagai orang tua adalah mengingatkan buah hati kita agar
jangan sampai terlalu jauh ‘menggilai’ idolanya apalagi sampai
mendewakannya. Memang tak salah bila putra-putri kita memiliki idolanya
sendiri. Namun alangkah baiknya jika kita mengetahui seperti apakah
idola mereka. Pantaskah mereka menjadi idola putra-putri kita?