I. FILOSOFI DAN PEMBELAJARAN EKONOMI
A. Pendahuluan
Seorang guru ekonomi selain harus menguasai materi bidang studi ekonomi (kemampuan akademis), juga harus memiliki keterampilan profesi sebagai pendidik (kemampuan profesi). Kedua hal ini merupakan keharusan agar ia menjadi guru yang profesional, sehingga dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya efektif dan optimal. Apalagi diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut guru kreatif dan inovatif menciptakan kondisi yang kondusif sehingga peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Guru yang diharapkan adalah guru yang menguasai dan memahami materi pelajaran , menyukai materi ajar yang menjadi tugasnya dan menyukai pekerjaan mengajar sebagai suatu profesi, memahami peserta didik, selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, selalu mempersiapkan proses pembelajaran, serta mendorong peserta didiknya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Gagne dan Ausubel (Hidayanto, 2001 : 1-2) mengatakan bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru sebagai bagian dari pengembang kurikulum akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.
Agar tuntutan profesional dari seorang guru ekonomi tersebut tercapai, maka guru ekonomi harus memahami pula mengenai landasan-landasan filosofi pembelajaran ekonomi, konsep pembaharuan pembelajaran ekonomi serta prinsip-prinsip dalam pembelajaran ekonomi. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk memahami mendalami ketiga hal tersebut.
B. Landasan Filosofi Pembelajaran Ekonomi.
Pada dasarnya profesionalisme seorang guru menyangkut dua hal, yaitu profesi yang bersifat normatif dan profesi yang bersifat aplikatif. Profesi yang berifat normatif diantaranya adalah jujur, tekun, loyal, penuh dedikasi dan memiliki toleransi. Sedangkan profesi yang bersifat aplikatif yaitu melakukan kerja sesuai dengan job deskripsi yang telah ditentukan, melaksanakan kewajiban dan kewenangan yang dimilikinya. Dengan demikian seorang guru ekonomi yang profesional dapat melaksanakan pembelajaran ekonomi di kelas dengan baik, seperti menguasai materi pembelajaran ekonomi, mampu menyajikannya dengan baik serta mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran ekonomi dengan baik pula.
Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto tahun 1999 mengungkapkan bahwa dalam Pembelajaran Pendidikan Ekonomi di SLTP ditemukan ada beberapa permasalahan, yaitu :
1. Masih ada guru yang mengeluh dalam mengajar ekonomi di sekolah karena mereka memandang bahwa pelajaran ekonomi kurang menarik dan membosankan bagi siswa yang diajarnya
2. Mitos siswa bahwa guru ekonomi kurang berwibawa jika dibandingkan dengan guru matematika, IPA maupun bahasa Inggris, karena menurut siswa pelajaran ekonomi kurang mendukung untuk melanjutkan ke SMU bagian IPA sehingga dirasakan kurang penting
3. Pelajaran ekonomi dianggap sukar oleh siswa sehingga akibat kurang adanya kepastian empiris yang mudah dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
Agar permasalahan di atas tidak menjadi penghambat bagi guru ekonomi dalam melaksanakan tugas pembelajarnnya, maka seorang guru ekonomi harus memahami landasan-landasan filosofi pembelajaran ekonomi, yang antara lain terdiri dari:
1) Landasan filosofi akademik
2) Landasan filosofi kependidikan
3) Landasan filosofi sosial budaya.
1. Landasan Filosofi Akademik
Untuk dapat memahami landasan ini, coba Anda perhatikan ilsutrasi berikut: Seorang guru ekonomi di suatu sekolah menengah atas akan mengajarkan materi tentang koperasi sekolah. Guru tersebut memiliki pengalaman mengajar bidang ekonomi selama 5 tahun. Pada saat akan mengajarkan materi tersebut, guru tersebut tidak melakukan persiapan apapun, termasuk memahami karakteristik koperasi sekolah serta peraturan pemerintah tentang koperasi sekolah, padahal guru tersebut belum pernah menjadi anggota koperasi. Apa yang terjadi di kelas ?
Secara teori guru tersebut dapat mengajarkan materi mengenai koperasi sekolah, karena dari buku pegangan atau buku sumber materi tersebut cukup lengkap. Dengan kata lain guru tersebut hanya mengajar secara teks book. Padahal materi tentang koperasi sekolah selain memerlukan kajian konsep, juga yang utama adalah bersifat aplikatif artinya lebih banyak aspek afektif dan psikomotornya daripada aspek kognitif. Agar materi tersampaikan dengan baik, tentu diperlukan metoda mengajar untuk penguasaan kedua aspek tersebut, tidak hanya dengan metoda ceramah. Dengan kondisi yang demikian tentu saja indikator yang akan dicapai dari pembelajaran koperasi sekolah tersebut menjadi tidak tercapai, hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran tidak berjalan optimal dan efektif.
Oleh karena itu agar setiap pekerjaan/kegiatan bisa optimal dan efektif termasuk pula kegiatan pembelajaran ekonomi, maka perlu dilakukan perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu prinsip manajemen., yang menjadi landasan bagi prinsip-prinsip lainnya. Dengan berkeyakinan bahwa setiap pekerjaan yang didasari pada perencanaan (apalagi secara matang) akan memberikan hasil yang maksimal, maka dalam setiap pembelajaran ekonomi harus dibuat perencanaan pembelajaran. Harus dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan ”usaha sinkronisasi antara komponen pengajaran dengan kelengkapan sarana dan karakteristik siswa”. Dalam perencanaan pembelajaran ini terkandung aspek psikologis, aspek pedagogis, aspek manajerial dan aspek kontinuitas.
a) Aspek Psikologis: Seorang guru yang terampil membuat perencanaan pembelajaran dan setia membuatnya akan memiliki rasa percaya diri dan keberanian.
b) Aspek pedagogis: Perencanaan pembelajaran akan mendidik guru untuk disiplin dan berusaha untuk meningkatkan wawasan pengetahuan.
c) Aspek manajerial: Dengan perencanaan pembelajaran apa yang akan dilaksanakan menjadi terarah, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
d) Aspek kontinuitas: Dengan perencanaan pembelajaran akan menjamin adanya kesinambungan, baik dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar maupun dalam metari pembelajaran.
2. Landasan Filosofi Kependidikan
Landasan filosofi kependidikan sangat terkait dangan tujuan pendidikan baik dalam skala yang sempit (tujuan pembelajaran, tujuan bidang studi dan tujuan institusional) maupun skala yang lebih luas (tujuan pendidikan nasional). Secara umum pendidikan adalah proses perubahan dari yang semula tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Agar perubahan dari tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu dan tidak mengerti menjadi mampu, bisa, tahu dan mengerti dalam setiap pembelajaran ekonomi tersebut dapat tercapai maka diperlukan usaha yang terarah, dalam hal ini diperlukan adanya perencanaan pembelajaran ekonomi. Seorang guru jangan punya anggapan bahwa anak didik telah memiliki pengetahuan mengenai materi ajar yang disampaikannya. Disinilah tugas guru untuk menjelaskan kepada siswa, sehingga kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran yang dilakukannya tercapai.
Dari uraian di atas, maka landasan filosofi pembelajaran ekonomi menekankan kepada satiap guru ekonomi untuk memahami makna dari tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus (tujuan peembelajaran ekonomi). Dengan tahu apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajarannya, maka guru akan dapat menciptakan kegiatan belajar yang optimal dengan menggunakan pendekatan dan metoda pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan alat evaluasi yang tepat pula. Dengan demikian maka diharapkan kegiatan pembelajaran ekonomi menjadi efektif, sehingga tujuan pendidikan dan pembelajaran ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh:
Seorang guru ekonomi di SMA akan mengajarkan mengenai materi Kelangkaan, Biaya Peluang, Pilihan dan Pengalokasian Sumber Daya dan Barang.
Untuk ini maka guru harus paham dulu tujuan pembelajarannya, yaitu dengan indikator siswa dapat:
a) Mendeskripsikan pengertian kelangkaan sumber daya.
b) Membedakan pengertian biaya sehari-hari dengan biaya peluang
c) Mengidentifikasi pengalokasian sumber daya yang mendatangkan manfaat bagi banyak orang.
d) Bersikap rasional dalam menyikapi berbagai pilihan.
Bila dianalisis keempat indikator tujuan pembelajaran di atas, maka tujuan yang akan dicapai tersebut terdiri dari aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Dengan mengetahui hal ini maka guru tersebut tidaklah tepat kalau mengajar hanya dengan menggunakan metoda ceramah saja, melainkan harus melengkapinya dengan metoda lain, seperti metoda diskusi (siswa mendiskusikan tentang kelangkaan atau tentang manfaat pengalokasian sumber daya) dan pemberian tugas (misalnya melakukan pengamatan di masyarakat lingkungannya) dengan dilengkapi pedoman pengamatan. Begitupun dengan media pembelajaran, dapat digunakan alat peraga berupa flow chart yang menggambarkan berbagai benda yang langka atau proses terjadinya kelangkaan, tabel tentang perhitungan biaya peluang dan biaya sehari-hari, dan sebagainya. Sedangkan alat evaluasi dapat digunakan lembar tugas pengamatan, tanya jawab (post test), proses diskusi dan sebagainya.
Dengan melakukan analisis setiap materi baik bahan maupun tujuannya, maka guru ekonomi tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajarannya sehingga tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam contoh di atas anak didik yang semula tidak mengerti mengenai kelangkaan menjadi mengerti, menjadi tahu dan terampil cara menghitung biaya peluang dan biaya sehari-hari, menjadi bersikap hemat dan sebagainya. by: Neti Budiwati
PEMBELAJARAN EKONOMI SMA/SMK
I. FILOSOFI DAN PEMBELAJARAN EKONOMI
A. Pendahuluan
Seorang guru ekonomi selain harus menguasai materi bidang studi ekonomi (kemampuan akademis), juga harus memiliki keterampilan profesi sebagai pendidik (kemampuan profesi). Kedua hal ini merupakan keharusan agar ia menjadi guru yang profesional, sehingga dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya efektif dan optimal. Apalagi diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), menuntut guru kreatif dan inovatif menciptakan kondisi yang kondusif sehingga peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya. Guru yang diharapkan adalah guru yang menguasai dan memahami materi pelajaran , menyukai materi ajar yang menjadi tugasnya dan menyukai pekerjaan mengajar sebagai suatu profesi, memahami peserta didik, selalu mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir, selalu mempersiapkan proses pembelajaran, serta mendorong peserta didiknya untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Gagne dan Ausubel (Hidayanto, 2001 : 1-2) mengatakan bahwa guru bertugas mengalihkan seperangkat pengetahuan yang terorganisasikan sehingga pengetahuan itu menjadi bagian dari sistem pengetahuan siswa. Sejalan dengan itu pula, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menegaskan bahwa kedudukan guru dalam kegiatan belajar mengajar sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru sebagai bagian dari pengembang kurikulum akan menentukan kedalaman dan keluasan materi pelajaran, gurulah yang memilah dan memilih bahan pelajaran yang akan disajikan kepada peserta didik. Salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam upaya memperluas dan memperdalam materi ialah rancangan pembelajaran yang efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi dapat dilakukan dan dicapai oleh setiap guru.
Agar tuntutan profesional dari seorang guru ekonomi tersebut tercapai, maka guru ekonomi harus memahami pula mengenai landasan-landasan filosofi pembelajaran ekonomi, konsep pembaharuan pembelajaran ekonomi serta prinsip-prinsip dalam pembelajaran ekonomi. Oleh karena itu dalam kegiatan belajar ini, Anda akan diajak untuk memahami mendalami ketiga hal tersebut.
B. Landasan Filosofi Pembelajaran Ekonomi.
Pada dasarnya profesionalisme seorang guru menyangkut dua hal, yaitu profesi yang bersifat normatif dan profesi yang bersifat aplikatif. Profesi yang berifat normatif diantaranya adalah jujur, tekun, loyal, penuh dedikasi dan memiliki toleransi. Sedangkan profesi yang bersifat aplikatif yaitu melakukan kerja sesuai dengan job deskripsi yang telah ditentukan, melaksanakan kewajiban dan kewenangan yang dimilikinya. Dengan demikian seorang guru ekonomi yang profesional dapat melaksanakan pembelajaran ekonomi di kelas dengan baik, seperti menguasai materi pembelajaran ekonomi, mampu menyajikannya dengan baik serta mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran ekonomi dengan baik pula.
Penelitian yang dilakukan oleh Suyanto tahun 1999 mengungkapkan bahwa dalam Pembelajaran Pendidikan Ekonomi di SLTP ditemukan ada beberapa permasalahan, yaitu :
1. Masih ada guru yang mengeluh dalam mengajar ekonomi di sekolah karena mereka memandang bahwa pelajaran ekonomi kurang menarik dan membosankan bagi siswa yang diajarnya
2. Mitos siswa bahwa guru ekonomi kurang berwibawa jika dibandingkan dengan guru matematika, IPA maupun bahasa Inggris, karena menurut siswa pelajaran ekonomi kurang mendukung untuk melanjutkan ke SMU bagian IPA sehingga dirasakan kurang penting
3. Pelajaran ekonomi dianggap sukar oleh siswa sehingga akibat kurang adanya kepastian empiris yang mudah dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari
Agar permasalahan di atas tidak menjadi penghambat bagi guru ekonomi dalam melaksanakan tugas pembelajarnnya, maka seorang guru ekonomi harus memahami landasan-landasan filosofi pembelajaran ekonomi, yang antara lain terdiri dari:
1) Landasan filosofi akademik
2) Landasan filosofi kependidikan
3) Landasan filosofi sosial budaya.
1. Landasan Filosofi Akademik
Untuk dapat memahami landasan ini, coba Anda perhatikan ilsutrasi berikut: Seorang guru ekonomi di suatu sekolah menengah atas akan mengajarkan materi tentang koperasi sekolah. Guru tersebut memiliki pengalaman mengajar bidang ekonomi selama 5 tahun. Pada saat akan mengajarkan materi tersebut, guru tersebut tidak melakukan persiapan apapun, termasuk memahami karakteristik koperasi sekolah serta peraturan pemerintah tentang koperasi sekolah, padahal guru tersebut belum pernah menjadi anggota koperasi. Apa yang terjadi di kelas ?
Secara teori guru tersebut dapat mengajarkan materi mengenai koperasi sekolah, karena dari buku pegangan atau buku sumber materi tersebut cukup lengkap. Dengan kata lain guru tersebut hanya mengajar secara teks book. Padahal materi tentang koperasi sekolah selain memerlukan kajian konsep, juga yang utama adalah bersifat aplikatif artinya lebih banyak aspek afektif dan psikomotornya daripada aspek kognitif. Agar materi tersampaikan dengan baik, tentu diperlukan metoda mengajar untuk penguasaan kedua aspek tersebut, tidak hanya dengan metoda ceramah. Dengan kondisi yang demikian tentu saja indikator yang akan dicapai dari pembelajaran koperasi sekolah tersebut menjadi tidak tercapai, hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran tidak berjalan optimal dan efektif.
Oleh karena itu agar setiap pekerjaan/kegiatan bisa optimal dan efektif termasuk pula kegiatan pembelajaran ekonomi, maka perlu dilakukan perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu prinsip manajemen., yang menjadi landasan bagi prinsip-prinsip lainnya. Dengan berkeyakinan bahwa setiap pekerjaan yang didasari pada perencanaan (apalagi secara matang) akan memberikan hasil yang maksimal, maka dalam setiap pembelajaran ekonomi harus dibuat perencanaan pembelajaran. Harus dipahami bahwa perencanaan pembelajaran merupakan ”usaha sinkronisasi antara komponen pengajaran dengan kelengkapan sarana dan karakteristik siswa”. Dalam perencanaan pembelajaran ini terkandung aspek psikologis, aspek pedagogis, aspek manajerial dan aspek kontinuitas.
a) Aspek Psikologis: Seorang guru yang terampil membuat perencanaan pembelajaran dan setia membuatnya akan memiliki rasa percaya diri dan keberanian.
b) Aspek pedagogis: Perencanaan pembelajaran akan mendidik guru untuk disiplin dan berusaha untuk meningkatkan wawasan pengetahuan.
c) Aspek manajerial: Dengan perencanaan pembelajaran apa yang akan dilaksanakan menjadi terarah, sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
d) Aspek kontinuitas: Dengan perencanaan pembelajaran akan menjamin adanya kesinambungan, baik dalam kelancaran kegiatan belajar mengajar maupun dalam metari pembelajaran.
2. Landasan Filosofi Kependidikan
Landasan filosofi kependidikan sangat terkait dangan tujuan pendidikan baik dalam skala yang sempit (tujuan pembelajaran, tujuan bidang studi dan tujuan institusional) maupun skala yang lebih luas (tujuan pendidikan nasional). Secara umum pendidikan adalah proses perubahan dari yang semula tidak mampu menjadi mampu, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya.
Agar perubahan dari tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu dan tidak mengerti menjadi mampu, bisa, tahu dan mengerti dalam setiap pembelajaran ekonomi tersebut dapat tercapai maka diperlukan usaha yang terarah, dalam hal ini diperlukan adanya perencanaan pembelajaran ekonomi. Seorang guru jangan punya anggapan bahwa anak didik telah memiliki pengetahuan mengenai materi ajar yang disampaikannya. Disinilah tugas guru untuk menjelaskan kepada siswa, sehingga kemampuan yang diharapkan dari pembelajaran yang dilakukannya tercapai.
Dari uraian di atas, maka landasan filosofi pembelajaran ekonomi menekankan kepada satiap guru ekonomi untuk memahami makna dari tujuan pendidikan secara umum maupun secara khusus (tujuan peembelajaran ekonomi). Dengan tahu apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajarannya, maka guru akan dapat menciptakan kegiatan belajar yang optimal dengan menggunakan pendekatan dan metoda pembelajaran yang tepat, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan alat evaluasi yang tepat pula. Dengan demikian maka diharapkan kegiatan pembelajaran ekonomi menjadi efektif, sehingga tujuan pendidikan dan pembelajaran ekonomi yang diharapkan dapat tercapai.
Contoh:
Seorang guru ekonomi di SMA akan mengajarkan mengenai materi Kelangkaan, Biaya Peluang, Pilihan dan Pengalokasian Sumber Daya dan Barang.
Untuk ini maka guru harus paham dulu tujuan pembelajarannya, yaitu dengan indikator siswa dapat:
a) Mendeskripsikan pengertian kelangkaan sumber daya.
b) Membedakan pengertian biaya sehari-hari dengan biaya peluang
c) Mengidentifikasi pengalokasian sumber daya yang mendatangkan manfaat bagi banyak orang.
d) Bersikap rasional dalam menyikapi berbagai pilihan.
Bila dianalisis keempat indikator tujuan pembelajaran di atas, maka tujuan yang akan dicapai tersebut terdiri dari aspek kognitif, afektif dan juga psikomotor. Dengan mengetahui hal ini maka guru tersebut tidaklah tepat kalau mengajar hanya dengan menggunakan metoda ceramah saja, melainkan harus melengkapinya dengan metoda lain, seperti metoda diskusi (siswa mendiskusikan tentang kelangkaan atau tentang manfaat pengalokasian sumber daya) dan pemberian tugas (misalnya melakukan pengamatan di masyarakat lingkungannya) dengan dilengkapi pedoman pengamatan. Begitupun dengan media pembelajaran, dapat digunakan alat peraga berupa flow chart yang menggambarkan berbagai benda yang langka atau proses terjadinya kelangkaan, tabel tentang perhitungan biaya peluang dan biaya sehari-hari, dan sebagainya. Sedangkan alat evaluasi dapat digunakan lembar tugas pengamatan, tanya jawab (post test), proses diskusi dan sebagainya.
Dengan melakukan analisis setiap materi baik bahan maupun tujuannya, maka guru ekonomi tidak akan mengalami kesulitan dalam melakukan pembelajarannya sehingga tujuan pendidikan dan tujuan pembelajaran akan tercapai. Dalam contoh di atas anak didik yang semula tidak mengerti mengenai kelangkaan menjadi mengerti, menjadi tahu dan terampil cara menghitung biaya peluang dan biaya sehari-hari, menjadi bersikap hemat dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar